Friday, April 27, 2007

Surat yang kesekian untuk EKSPRESI

Refleksi Ulang Tahun kedelapan Belas yah…ehm…sepertinya sudah lama tidak ada semacam refleksi di EKSPRESI. Aku kurang ingat persis kapan ada refleksi di EKSPRESI. Yah..Refleksi selalu antar person, dalam kelopmpok kecil yang berujung pada gossip atau ngomongin orang-orang EKSPRESI, tanpa secara jantan menunjuk di depan muka. Seorang senior pernah berkata, malam refleksi adalah saat ketika kita bisa ‘misuh-misuh’ sesuka hati, mengatakan aku nggak suka, aku gak sreg sama kerja si A, kerja si B. Yah, berapa tahun malam refleksi selalu gagal karena PUnya sibuk pacaran hehehhe (ah…gak penting ngomongin pacarnya PU waktu itu).

Seingetku malam refleksi terakhir yang ku ikuti adalah saat ultah EKSPRESI di tahun 2004, yah bulan April tepatnya. Aku masih ingat ketika itu Obed, anak baru en belum dilantik. Yah namanya juga refleksi anggota, Obed waktu itu belum anggota jadi belum boleh ikut dia diusir begitu saja sama Mas Takim. Ya …dia misuh-misuh di luar, aku masih ingat teriakannya, begini kurang lebih, “gimana organisasi mau maju, kalau ikut aja nggak boleh!” redaksinya aku lupa tapi begitu kurang lebihnya (hihihi kasian dech Obed). Maaf kalau ada refleksi setelah itu dan aku lupa. Kenangan paling indah di EKSPRESI sampai aku rampung di EXPEDISI, setelah itu hanya indah saja tidak memakai paling. J

Langsung saja yah…
EKSPRESI….perkenalan awal dengannya ketika aku mahasiswa baru di UNY, masih kinyis-kinyis, imut, lucu, dan manis J. Tepatnya ketika display UKM di lapangan Pancasila (sekarang gedung FISE tempat aku biasa beser heheheh). Aku gak berkesan dengan display yang ditampilkan EKSPRESI saat itu,karena memang EKSPRESI gak ngeluarin display (lho..). Aku jatuh cinta dengan standnya. Stand di pojok, kumuh pula. Ditambah dengan debu-debu lapangan pancasila yang gak bertanggung jawab dan dengan biadabnya hinggap si stand-stand UKM. Stand EKSRESI selain kumuh juga dipenuhi buku-buku, dan kotak ajaib (baca:TV) aku ga tau pasti itu TV yang warnanya ijo semua bukan yang jelas bukan TVnya Obed.en orang-orang yang ga kalah kumelnya sama stand, pakai baju item-item en ketauan kalau mereka jarang mandi hihihihihhihihi. Aku Tanya,
Aku : ada formulirnya gak?
Orang EKSPRESI : itu ambil aja! (sambil nunjuk tumpukan kertas di atas buku
dagangan, kemudian matanya kembali ke TV)
Aku : Makasih, mas…(terus pergi)
Ah itu perkenalan awalku dengan EKSPRESI, setelah sebelumnya aku membaca EXPEDISI edisi khusus Ospek yang (maaf) masih ndeso dengan ukuran F4 buram pula. Di belakang EXPEDISI ada iklan menerima pendaftaran pendidikan wartawan kampus…(wah ngeri juga dengernya) wartawankan cita2ku sejak dulu, terus ada juga kalimatnya yang bikin bulu kuduk merinding begini :
“Kalau hatimu bergetar melihat ketidak adilan, maka kita adalah kawan.” (den Bagus) walah ternyata oh ternyata den Bagus itu Mas Takim toh…

Qey…hari-hari aku lewati di EKSPRESI, mulai magang, pelatikan (ada story khusus nech di sini…gimana tidak aku ketinggalan Bus coy..ama Tante Nessy, gara2 qt kelamaan di kost tante Nessy), Musasiku pertama di wisma Merbabu (yang konon berhantu), mengerjakan EXPEDISI jadi redpel pertama langsung klenger….gimana enggak redaktur sentranya kabur, Cuma ninggal TOR doang (gak sopan…siapa sich orangnya jitakin rame2 yuk…J). Banyak hal tentunya aku rasakan dari EKSPRESI. Terutama nilai2 sosial yang diberikan oleh EKSPRESI. Yah dari EKSPRESIlah aku banyak belajar tentang kondisi sosial di sekitar, aku yang selama ini cuek sekarang mulai melihat kenyataan. Mulai belajar untuk lebih dekat dengan ‘wong cilik’.

Ketika awal mula aku di EKSPRESI, namanya orang lapar, aku dan dua orang kawanku makan di warung depan EKSPRESI (baca:garden café), begitu kaki kami melangkah keluar garden café dan menuju EKSPRESI, seorang senior yang paling garang menghadang kami di depan jendela (waktu itu belum ada pintu) dia Cuma bilang singkat, “Anak ekspresi kok jajan di garden café…”aku bengong waktu itu, entah aku gak tau alasannya. Terus dengan wibawa seorang kakak senior itu bercerita padaku.

Alkisah dahulu kala, di tanah tempat berdirinya garden café sekarang adalah warung soto, tempat anak-anak EKSPRESI biasa makan (ato ngutang yyyyyaaaa…) nah terus melihat laris, tetangga kita KOPMA menggusurnya dan mengklaim itu adalah tanah KOPMA dan menjadikan tanah itu sebuah café yang bisa dibilang cukup menarik hati. EKSPRESI kala itu memperjuangkan hak penjual Soto itu, gak bisa dong seenak udel sendiri main gusur toh itukan tanah tak bertuan. (btw untuk cerita pasnya silakan dech yang mengalami kejadian untuk meluruskannya). Kalau gak salah EKSPRESI memberitakannya dan itulah yang membuat KOPMA kebakaran jenggot dibuatnya, sejak saat itulah EKSPRESI mengharamkan warganya untuk makan di garden café. Ternyata ada sesuatu yang terlewat.

Ini cerita ketika saya berkunjung ke rumah salah seorang alumni, satu tahun yang lalu. Waktu itu saya memintanya untuk mengisi up grading keredaksian di raker 2006. Dia banyak bercerita tentang ESPRESI di masa kejayaannya. Alumni yang satu ini sedikit terlupa dalam sejarah EKSPRESI. Mulanya saya penasaran dengan alumni satu ini, karena selama ini saya mendengar namanya saja tanpa pernah tahu seperti apa orangnya, jangankan orangnya, fotonya saja saya tidak tahu (kasiman…) .

Setelah berbincang lama dengannya, mengikuti alurnya bercerita, saya jadi mengidolakan alumni satu ini. Bukan pada kehidupan pribadinya, tetapi pada militansinya terhadap EKSPRESI, terhadap loyalitasnya kepada lembaga. Kepada Saya juga Hajar, dia bercerita. Saat itu dia menjabat sebagai bendahara lembaga. Ia harus memutar otak bagaimana caranya lembaga bisa bertahan hidup dengan dana yag minim dari rektorat. Ia putar akal, akhirnya dia berwirausaha. Setiap pagi berangkat dari kost membawa gorengan tempe, tahu, dkk untuk dititipkan ke warung soto depan EKSPRESI, begitu setiap hari. Yah..lumayan untungnya bisa untuk menghidupi lembaga ketika itu. Tak banyak orang tahu bahwa EKSPRESI juga pernah hidup dari sebuah penggorengan (makanya jangan remehkan gorengan…), barangkali juga hanya kepada saya dan Hajar sajalah alumni itu bercerita. Ketika warung itu digusur, hilang pulalah mata pencaharian EKSPRESI.

Garden café bukan lagi mitos bagi kawan2 EKSPRESI, kawan2 lembaga luarpun seringkali meledek kita (EKSPRESI) yang enggan diajak jajan di garden café. Sejujurnya beberapa kali saya pernah mencoba jajan di Garden Café, tapi anda tahu rasanya?hwekk.. Saya serasa tak makan dan tak minum! sumpah guwa kagak boong. Yah…tapi bagi aku itu pilihan, toh orang2 yang dulu dengan lantang meneriakkan anti garden café sekarang menjadikannya tempat nongkrong alternatif. Bukan itu yang penting, anggap saja mereka nongkrong atas nama pribadi. It’s ok atas nama pribadi, but kalau sudah menyangkut lembaga? Itu lain soal…masa iya sich rapat redaksi di garden café kayak ga ada tempat lain aja pliss dech… meski hujan, sebenarnya itu bukan alasan. Belum lagi rapat2 yang lebih ‘tinggi’ kedudukannya setelah MUSASI. Masa sech keputusan lembaga yang bisa dibilang penting, diputuskan di atas tanah yang pernah ‘digugat’. Meski kita tidak mengalaminya tapi ini tradisi bung!

Felix adalah contoh kasus yang lain lagi. EKSPRESI telah gagal memperjuangkan Felix, kita gak maksimal, jujur saya juga merasa andil salah dalam hal ini. Kurang bisa menajamkan pisau analisa. Selain itu juga ah…sudahlah bikin menyesal dan menyesakkan dada saja. Saya tak bermaksud turut campur atawa apa, hanya saja ijinkan saya untuk mengingatkan. Sebentar lagi kita akan meninggalkan rektorat lama menuju gedung baru yang entah kapan bakal terwujud. Semoga Lek Ugeng menderita amnesia dan lupa kalau ia berencana membangun SC (ah gak mungkin..). Ngrasa berdosa gak sich…setiap hari kita makan nasi felix, ngeteh juga tehnya felix, tapi kita gak bisa perjuangkan pak Felix…oh..Pak Felix forgive me….

Saya teringat akan sebuah obrolan absurd bin jayus di belakang EKSPRESI, tepat beberapa hari sebelum saya meletakkan jabatan. Ehmmm barangkali ada yang masih ingat, ketika itu kita berandai-andai kalau seandainya SC itu ada, itu hanya mampu bertahan beberapa saat saja. Ah..obrolan absurd kala itu tapi sayang juga lho kalau obrolan absurd bin jayus itu gak di follow up-i meski jayus tapi berbobot lho…

Nah inilah nilai yang aku rasa kurang di EKSPRESI tapi aku sendiri juga kurang tahu sech seberapa jauh pembacaan kawan2 EKSPRESI terhadap kasus SC yang sudah ada di depan mata. Jangan sampailah kita kecolongan untuk itu. Masih bisa di lawan kok..bener sumprit. Gak boong dech. Asal kawan2 mau mencari tahu, merapatkan barisan, dan yah melawan tentu saja. Apa gak nyesek tuch nantinya, tau2 kita udah pindah ke tempat yang sempit, pengap, dkk. Jangan sampai dech..aku nggak rela. Terus…apa lagi ya…. Ehm..pokoknya jagan sampai dech kita kayak kawan2 kita di UIN, mereka itu kasihan bgt dech..akses lambat karena terpojok…mencil. Yah…anggota juga jadi jarang nongol dech karena itu tadi persoalan jarak..ya ampyun….cape deh….di EKSPRESI sekarang ini, coba lihat aja , meski aku ga pernah ke EKSPRESI, tapi ya aku tetap memantau perkembangan kalian dari hari ke hari….hehehe day to day orang belum dipindahin ke SC aja pada jarang nongol gimana kalau jadi pindah….bisa2 itu EKSPRESI Cuma milik PU seorang ehhehehehehe
O ya ada lagi…soal ini ehm….sebenernya aku bukan bermaksud mengurusi atau mencampuri urusan internal EKSPRESI (kepengurusan sekarang) tapi bolehkan aku sedikit yah…curhat bisa dibilang gitu. Gini lho boys and girls semua… acara EKSPRESI itukan acara kita semua, bukan acara divisi ataupun individu, jadi yyyaaa piye yo…mbok iya o saling mendukung, meski kita ngak sreg dengan acaranya ya kita harus njalanin, namanya juga keputusan. Kita gak boleh donk memaksakan ego atau keinginan kita. Semisal acara redaksi, ya apa yyyaaa…gagas tema misalnya (aku gak tau respon kawan2 di gagas tema gimana), yang aku dengar sih.ada segelintir kawan yang jarang nongol bisa dibilang nggak sama sekali (ini sich penyakit sejak dulu, sejak jaman aku masih jadi pemred oknumnya juga sama kok halah..penyakit nech namanya entah kali ini apa alasannya, aku enggan untuk menanyakannya) .

Friend….gagas tema itu penting meski kita gak urun rembug alias ikut kasih usul tema, tapi ya setor muka kek, meski ga donk, setidaknya ada support lah sama yang punya gawe…begitu juga dengan KCB (wah apa kabar nich KCB, aku jarang mendengar kabarmu!) hwe…hwe…hwe…..aku lagi-lagi teringat akan cerita alumni yang tadi ku singgung di atas. Beliaunya ketika masih jadi pemred sama denganku, pernah mengalami hal tersulit bagaimana tidak, dia ditinggal para punggawanya. Hanya tersisa beberapa orang saja, waktu itu sich memang ada konflik internal, dan gesekan antar gerakan (sekarang sich sudah gak zaman kayak begitu di EKSPRESI). Nah si beliau ini katanya lantas termenung, duduk di kursi (mungkin juga kursi buluk di EKSPRESI—hey apa kabarmu kursi buluk? Lama aku tak menyapamu..) menghadap jendela menatap ke luar, dan berpikir apa aku juga ikut pergi? Itu yang menggantung di pikiran pemred kita ketika itu.

Acara lain misalnya, seperti acara ultah kemarin. Wah sedih juga lihatnya, meski aku nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jam 5 sore, aku dan hesti pulang dari perpus (weleh sok rajin) tapi ngelihat kawan2 sedang mendekor, ah..iseng2 mampir weleh..Cuma segelintir..ya semoga lainnya sibuk di luar sana (nyiapin ultah tentunya) padahal ku ingat setahun kemarin, jam segitu tuch….aku masih di rental bro…ngurusin EKSPRESi awward yang blom di print…gila ga sich..acara malem, jam segitu baru ngeprint EKSPRESI award…pliss dech…… meski habis itu aku pulang sebentar, mandi, en agak terlambat dating ke lokasi….. yah namanya juga acara EKSPRESI, mau gak mau ketika itu pimpinan ya harus rela berpeluh keringat…keliling rental demi mendapatkan dana yang murah tapi bagus..(hwekkk maksa). Meski kLu dipikir itu bukan tugasku dan hajar.

Di GBHO/GBHK gak ada tulisan jelas kalau tugas pemred dan PU itu ngeprint EKSPRESi Awward…. Hihihi…(besok tambahin yyyyaaa). Minimal support lah jadi gak ada yang merasa kerja sendiri, karena apapun event atau kegiatan yang diadakan EKSPRESI menurutku itu bukan kegiatan divisi atau kelompok tetapi itu adalah milik lembaga, dan lembaga EKSPRESI itu ada Redaksi, Perusahaan, PSDM, Jk, dan PH tentu saja.

OK..ini soal anak bandel, EXPEDISI. Wah apa kabarmu sayang?kemarin aku dapat EXPEDISI di luar EKSPRESI lho..wah rasanya gimana gitu, habis biasanyakan ngembat di EKSPRESI..hihihi..a kebetulan aja waktu jalan di kampus lihat ada yang bagi2 EXPEDISI, ya aku minta aja J. Nah itu dia, konon EXPEDISI kali ini agak tersendat ya? Karena alasan teknis pula, selebihnya aku nggak tahu, karena itu yang aku dengar. Terus saja jadi anjing penjaga, yang setiap saat menjaga rumah, dan siap mbrakot bukan saja menggigit kalau-kalau ada penjahat atau penganggu. Lain kali jangan tersendat karena alasan teknis bro! banyak cara yang bisa dihalalkan kok. Sumpeh.. o iya aku punya pertanyaan..kenapa sich sentra kok jadi 2 halaman? Apa bedanya sentra sama tepi, padahal di mana-mana yang namanya sentra, setahu aku laporan utama (masihkan?) itu dapat porsi yang lebih besar ketimbang rubric lainnya, tapi kok..tapi kok…kenapa sich?


Halah ndobos soal EKSPRESI ga bakal selesai-selesai. Ini masih uakeh tenan yang belum tertulis…yang pasti buat aku masa yang paliiiiiinggggg indah di EKSPRESI adalah masa ketika mengerjakan EXPEDISI, karena di sanalah kita bisa tahu kemampuan kita dan bisa tahu sifat kawan2 kita. Pascaexpedisi bagiku adalah hal terberat yang harus aku jalani di EKSPRESI, entah mungkin bagi sebagian orang tidak. Tapi bagiku iya, masa inilah masa terberat sampai akhir kepengurusanku kemarin. Ok maaf jika aku hanya bisa merefleksikan suara hatiku lewat surat, sejatinya ingin sangat aku pulang ke rumah cintaku membersamai kalian malam ini, tapi apa daya tanganku tak sampai, atau ini hanya egoku semata? Entahlah aku tak tahu, barangkali langit punya jawabnya, atau aku harus bertanya pada rumput yang bergoyang?

OK friend….segini dulu ya…..lain kali disambung lagi. Surat sebanyak 2000 kata lebih ini sebetulnya tidak cukup menjadi obat rinduku pada EKSPRESI tapi setidaknya aku bisa sedikit melepas kangenku pada EKSPRESI. OK Selamat berjuang terus setia di garis perjuangan tinta. Sukses buat EKSPRESI, aku tunggu launching buku, majalah, PAB, ORI, juga acara2 lainnya.

BTW acara refleksi anggota penting lho..daripada semuanya selesai di MUSASI? Tumpahkan air mata dukamu di refleksi, tumpahkan kekesalanmu malam ini. Esok akan lepas dan hari baru menanti, melangkahlah dengan pasti. Aku sayang EKSPRESI

Yogyakarta, 26 April 2007

No comments: