Aku baru saja pulang dari kantor. Pekerjaan menumpuk membuatku bosan. Di luar sudah gelap, aku melirik jam tangan di pergelangan kiriku. “Pantas saja sudah gelap,” aku bergumam sendiri. Aku berjalan sendiri menyusuri jalan kecil yang menghubungkan kantor dengan jalan raya. Sepi, hanya ada beberapa sepeda onthel hilir mudik.
Aku memilih bangku paling ujung menanti angkot terakhir yang lewat. Aku menatap jalan raya kotaku semakin padat saja sepertinya. Tanganku, merogoh ponsel yang ku simpan di dalam tas. Ada pesan masuk rupanya. Aku terkejut, itu pesan dari Bayu.
Malam, Dhy, apa kabar? Malam ini entah mengapa aku merindukanmu. Apa lagi di malam purnama seperti ini. Kalau boleh minggu depan aku akan ke kotamu, bolehkan?
Sender:
Bayu
085647182459
Sent:
19:20
04 May 07
Aku tersenyum, aku segera membalas pesan pendek dari Bayu.
Boleh saja, aku tdk punya alas an untuk melarangmu dtg kemari. Kapan pstinya rencanamu kemari?
Message Sent! Begitu tulisan yang muncul di layar ponselku.
Bayu, lelaki yang aku kenal satu tahun yang lalu. Tepat ketika aku bertandang ke kotanya di pesisir utara Jawa. Ada sesuatu yang lain ketika pertama aku mengenalnya, sosok Bayu yang demikian teduh, tenang, ada aura kewibawaan di wajah tirusnya. Aku ingat benar ketika menatap wajahnya untuk kali pertama, ia hanya mengenakan kaos putih yang sudah lusuh, dengan celana kain berwarna kelabu. Rambutnya tak tertata rapi.
Dia menyapaku dan duduk tepat di samping kananku. Badan kurusnya ia sandarkan pada tiang. Perasaanku campur aduk ketika itu, Bayu duduk di sampingku. Aku sendiri tak kunjung mengerti mengapa sosok Bayu yang baru beberapa detik ku kenal bias merusak tatanan hatiku . Kamipun berjabatan erat ketika aku pamit pulang ke kotaku. Aku masih mengingat jelas ucapan Bayu ketika kami berpisah malam itu. “keep contact, Dhy..” aku mengangguk. “Bayu, siapa tak ingin terus berkomunikasi denganmu.” Aku hanya membatin ketika itu.
Selang waktu, aku disibukkan dengan rutinitas harian. Sosok Bayu nyaris terlupa dalam hari-hariku. Tak pernah sedikitpun terbersit dalam pikiranku tentang Bayu, semua berlalu begitu saja. Sampai bulan tiga lalu, ketika ada acara serupa digelar di kotanya. Aku tak tahu angin mana yang membawa Bayu menghubungiku, dia ingin aku datang di acara itu. Bayu masih mengingatku. Seketika bayangan Bayu kembali muncul. Pun dengan getaran yang pernah aku rasakan. Ternyata semua itu masih ada dan tanpa aku sadari aku menyimpannya di alam bawah sadarku.
Aku kembali bertemu dengan Bayu. Malam itu dia sendiri yang menjemputku di stasiun kotanya. Ia memanggil namaku begitu melihat aku turun dari kereta. Aku tersenyum dan berjalan ke arahnya, kami berjabat tangan. Ia menyodorkan sebotol air mineral kepadaku. Aku menerima dan menengaknya meski tidak haus. Sedikit berbasa-basi ia menyakan kabarku. Bayu tidak berubah di mataku.
Bayu pula yang menemaniku di Halte ketika aku hendak pulang ke kotaku. Ia melepasku dan sekali lagi ia memintaku untuk terus berkomunukasi dengannya. Aku mengiyakan dan memberikan senyum termanis yang aku punya untuk Bayu. Sebelum kakiku melangkah masuk ke dalam Bis, Bayu berkata,” Dhy coba kamu lihat di atas sana, purnamanya cantik,” telunjuknya mengarah ke langit. Ekor mataku mengikuti arah ia menunjuk. Ya memang purnama sedang sempurna. Langit kotanya malam itu bersih. Purnama utuh dan bintang-bintang menyebar rata di atas sana. Aku mengiyakan ucapan Bayu kemudian melambaikan tangan, aku berpamitan. Setelah itu malam-malamku hanya milik aku dan Bayu.
Bayu memang sering membuat kejutan untukku. Tanpa ku minta ia sering membangunkan aku di pagi hari. Ia pula seirng menyemangatiku untuk merampungkan pekerjaan. Seperti malam ini dia membuatku terkejut dengan pesan pendeknya itu. Ponselku bergetar, pesan dari Bayu masuk lagi.
Aku tidak bs berjanji gadis. Tapi yang pasti aku akan datang ke kotamu untuk mengunjungimu.
Sender:
Bayu
085647182459
Sent:
19:24
04 May 07
Aku tersenyum membaca sekilas jawaban pesan dari Bayu. Aku beranjak pergi dari Halte, begitu melihat angkot terakhir datang. Dalam angkot aku duduk sendiri di sebelah kanan tepat di sebelah jendela. Agar aku bisa menikmati purnama, tapi malam ini ia sendiri langit sedang tak berbintang. Lirih hatiku berbisik, “Bayu..malam ini purnama menemani perjalananku pulang. Ia mengikuti roda ini berputar. Terimakasih Bayu, untuk setiap purnama yang telah dan kelak akan datang kembali.” Aku tak membalas pesan Bayu. Tak mengapa biar saja purnama yang membersamaiku malam ini dalam angkot terakhir.
Aku memilih bangku paling ujung menanti angkot terakhir yang lewat. Aku menatap jalan raya kotaku semakin padat saja sepertinya. Tanganku, merogoh ponsel yang ku simpan di dalam tas. Ada pesan masuk rupanya. Aku terkejut, itu pesan dari Bayu.
Malam, Dhy, apa kabar? Malam ini entah mengapa aku merindukanmu. Apa lagi di malam purnama seperti ini. Kalau boleh minggu depan aku akan ke kotamu, bolehkan?
Sender:
Bayu
085647182459
Sent:
19:20
04 May 07
Aku tersenyum, aku segera membalas pesan pendek dari Bayu.
Boleh saja, aku tdk punya alas an untuk melarangmu dtg kemari. Kapan pstinya rencanamu kemari?
Message Sent! Begitu tulisan yang muncul di layar ponselku.
Bayu, lelaki yang aku kenal satu tahun yang lalu. Tepat ketika aku bertandang ke kotanya di pesisir utara Jawa. Ada sesuatu yang lain ketika pertama aku mengenalnya, sosok Bayu yang demikian teduh, tenang, ada aura kewibawaan di wajah tirusnya. Aku ingat benar ketika menatap wajahnya untuk kali pertama, ia hanya mengenakan kaos putih yang sudah lusuh, dengan celana kain berwarna kelabu. Rambutnya tak tertata rapi.
Dia menyapaku dan duduk tepat di samping kananku. Badan kurusnya ia sandarkan pada tiang. Perasaanku campur aduk ketika itu, Bayu duduk di sampingku. Aku sendiri tak kunjung mengerti mengapa sosok Bayu yang baru beberapa detik ku kenal bias merusak tatanan hatiku . Kamipun berjabatan erat ketika aku pamit pulang ke kotaku. Aku masih mengingat jelas ucapan Bayu ketika kami berpisah malam itu. “keep contact, Dhy..” aku mengangguk. “Bayu, siapa tak ingin terus berkomunikasi denganmu.” Aku hanya membatin ketika itu.
Selang waktu, aku disibukkan dengan rutinitas harian. Sosok Bayu nyaris terlupa dalam hari-hariku. Tak pernah sedikitpun terbersit dalam pikiranku tentang Bayu, semua berlalu begitu saja. Sampai bulan tiga lalu, ketika ada acara serupa digelar di kotanya. Aku tak tahu angin mana yang membawa Bayu menghubungiku, dia ingin aku datang di acara itu. Bayu masih mengingatku. Seketika bayangan Bayu kembali muncul. Pun dengan getaran yang pernah aku rasakan. Ternyata semua itu masih ada dan tanpa aku sadari aku menyimpannya di alam bawah sadarku.
Aku kembali bertemu dengan Bayu. Malam itu dia sendiri yang menjemputku di stasiun kotanya. Ia memanggil namaku begitu melihat aku turun dari kereta. Aku tersenyum dan berjalan ke arahnya, kami berjabat tangan. Ia menyodorkan sebotol air mineral kepadaku. Aku menerima dan menengaknya meski tidak haus. Sedikit berbasa-basi ia menyakan kabarku. Bayu tidak berubah di mataku.
Bayu pula yang menemaniku di Halte ketika aku hendak pulang ke kotaku. Ia melepasku dan sekali lagi ia memintaku untuk terus berkomunukasi dengannya. Aku mengiyakan dan memberikan senyum termanis yang aku punya untuk Bayu. Sebelum kakiku melangkah masuk ke dalam Bis, Bayu berkata,” Dhy coba kamu lihat di atas sana, purnamanya cantik,” telunjuknya mengarah ke langit. Ekor mataku mengikuti arah ia menunjuk. Ya memang purnama sedang sempurna. Langit kotanya malam itu bersih. Purnama utuh dan bintang-bintang menyebar rata di atas sana. Aku mengiyakan ucapan Bayu kemudian melambaikan tangan, aku berpamitan. Setelah itu malam-malamku hanya milik aku dan Bayu.
Bayu memang sering membuat kejutan untukku. Tanpa ku minta ia sering membangunkan aku di pagi hari. Ia pula seirng menyemangatiku untuk merampungkan pekerjaan. Seperti malam ini dia membuatku terkejut dengan pesan pendeknya itu. Ponselku bergetar, pesan dari Bayu masuk lagi.
Aku tidak bs berjanji gadis. Tapi yang pasti aku akan datang ke kotamu untuk mengunjungimu.
Sender:
Bayu
085647182459
Sent:
19:24
04 May 07
Aku tersenyum membaca sekilas jawaban pesan dari Bayu. Aku beranjak pergi dari Halte, begitu melihat angkot terakhir datang. Dalam angkot aku duduk sendiri di sebelah kanan tepat di sebelah jendela. Agar aku bisa menikmati purnama, tapi malam ini ia sendiri langit sedang tak berbintang. Lirih hatiku berbisik, “Bayu..malam ini purnama menemani perjalananku pulang. Ia mengikuti roda ini berputar. Terimakasih Bayu, untuk setiap purnama yang telah dan kelak akan datang kembali.” Aku tak membalas pesan Bayu. Tak mengapa biar saja purnama yang membersamaiku malam ini dalam angkot terakhir.
1 comment:
aku malah kereta terakhir
Post a Comment