Friday, July 25, 2008

Saya memutar lagu ini (lagi)

"Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi..haruskah aku lari dari
kenyataan ini. Pernah ku mencoba tuk sembunyi namun senyummu tetap mengikuti."

Masih teringat dalam ingatan saya. Ketika kali pertama mendengar lagu ini di tape butut milik rektorat kampus. Dari sebuah kaset entah milik siapa. Lagu ini begitu memikat hati saya. Penyanyi legendaris, Iwan Fals, yang membawakannya. Entah mengapa saya menyukai lagu ini, sesuai dengan suasana hati ketika itu rasanya tidak. Tapi saya begitu menikmatinya. Sampai-sampai saya memutarnya tidak hanya sekali. Tak urung saya mendapat protes dari kawan-kawan, sebab saya terus mendengarkan tanpa membiarkan Bang Iwan menyanyikan lagu lainnya.
Seperti siang ini, ketika seorang diri di rumah. Bosan berceloteh dengan kawan di dunia maya. Sauya cari file lagu ini dan memutarnya kembali. Meski tak sesuai dengan suasana hati, tapi ya, siang ini saya ingin kembali mendengar alunan lagu ini. Cikal. putri Iwan Fals mengatakan, dalam sebuah acara TV beberapa tahun silam, lagu ini adalah lagu paling romantis ayahnya.
Entah kapan terakhir kali saya dengar lagu ini . Yang Terlupakan, judulnya, juga setia mengalun setahun silam. Tepatnya ketika merampungkan skripsi nada lembut ini setia menemani malam-malamku. Dulu, ketika masih aktif di pers kampus, saya kerap mendengar Bang Iwan bernyanyi. Bukan hanya Yang Terlupakan, tetapi lagu-lagu lainnya. Tak heran ketika mengadakan acara di luar kampus, seorang kawan selalu setia memetik gitar dan suara-suara sumbang menyanyikan lagu Bang Iwan.
Sayangnya, tahun-tahun terakhir saya di pers kampus, suara Bang Iwan makin jarang terdengar. Berganti dengan suara milik Ariel, Pasha, Maia, Baim, Once, Ian Kasela, dll (saya tidak hafal). Tidak jarang terdengar musik keras yang memekakkan telinga. Dan tak jelas apa yang dilantunkan. Zaman telah bergulir. Kegemaranpun mulai berubah. Beringan.
Kadang saya mendengarkan suara Once atau Pasha. Ehmm.. yang paling baru saya kerap pula mendengar suara miliki Afgan atau siapalah penyanyi baru yang makin bejibun. Tapi bagi saya karakter suara dan lagu mereka sama. Apalagi kalau tidak bicara soal cinta.
Lewat lagu Bang Iwan saya melihat karakter lain. Sangat kuat bahkan. Meski bicara cinta, dia tidak memnbosankan dan tidak mendayu-dayu atau membuat orang melayang. Banyak hal yang bisa saya kenang lewat lagu-lagu Bang Iwan. Termasuk kepada dua sahabat saya yang kerap berduet di jendela secretariat pers kampus. Satu memetik gitar , sementara satu lainnya berdendang. Lagu yang cukup absurd yang menyebutkan beberapa hewan kerbau, ular, tikus, dan harimau. Apa hubungan ketiganya? Tanya saja pada Bang Iwan. Ah, saya memang bukan kritikus musik. Tapi siang ini saya ingin memutar kembali lagu Bang Iwan. Itu saja.
Pernah kita sama-sama rasakan. Panasnya mentari hanguskan hati. Sampai saat kita nyaris tak berdaya. Bahawa roda nasib memang berputar. Sahabat masih ingatkah kau…


2 comments:

donlenon said...

ok, dit link sudah saya tautkan! selamat berjuang di ibukota!

Heste said...

ditttttttaaaaaaaaaaaaa