Saturday, May 31, 2008

"Belajar dari Manyar"


"Kita boleh sedih, marah bahkan membongkar segala sesuatu yang kita anggap
gagal, namun semoga kita punya keberanian untuk memulai lagi dengan penuh
harapan." (Larasati)
Bulan September 2003 aku membeli buku ini. Di awal kuliah aku ingin membacanya. Seniorku berkata bahwa buku ini bagus dan kisah percintaannya sungguh menakjubkan. Aku bertanya kenapa novel ini cukup dikenal? Dan kenapa seniorku yang kadang rela tak makan demi buku berkata demikian. Tentunya kalau dia tak akan sembarangan berkata demikian. Aku tidak sengaja menemukan karangan Romo Mangun ini. Seingatku aku membelinya di suatu siang. Kebetulan aku dan Hesti, jjs ke Shooping center. Iseng-iseng berhadiah sebetulnya tak ada keinginan untuk membeli atau mencari buku.
Kala itu kami masih mengunjungi Shooping center lama, di lapak pojok paling depan, ah sayang..aku lupa apa nama lapaknya(sepertinya lapak itu banyak menjual buku-buku bagus).-Ngomong-ngomong soal Shooping Centre, nanti kita cerita panjang soal Shooping Centre yap-. Buku-buku bekas menumpuk menggoda kami berdua untuk mengacak-acaknya. Dengan semangat 45, Hesti membuka satu-satu buku yang ada di sana.
Tangan mungil Hesti meraih satu buku yang sudah kumal. Dia menyodorkan padaku sebuah buku dan berkata, “Novel, Dit.'' aku yang juga asyik mengacak-acak buku, menengok sekilas. “Hah Burung-burung Manyar..” aku mengambilnya dari tangan Hesti. “Aku sudah baca buku itu, setelah didongengi sama senior,bagus,” Hesti menimpal tanpa ku minta. Aku mengiyakan perkataan Hesti, meski aku belum membacanya. Ketika aku tanyakan harganya, si penjual menjawab, “Lima ribu, Mbak..” Aku bengong tanpa pikir panjang aku langsung membelinya, bersama dengan La Barkanya N.H. Dini. Aku hanya membatin, si penjual dong ora kalau ini buku bagus.
Sebuah buku yang bercerita tentang percintaan Larasati dan Seta Dewa. Keduanya memiliki perbedaan pandangan hidup. Teto memihak Belanda, sedang Atik memihak bangsa Indonesia. Keduanya terpisah, Teto memilih untuk menjadi tentara Belanda sedang Atik memilih untuk bekerja pada lembaga milik pemerintah Indonesia.Lama keduanya berpisah, suatu hari keduanya bertemu kembali. Di sebuah aula Larasati mempertahankan disertasinya. Disertasi Larasati tentang kehidupan Burung Manyar. Keduanya bertemu ketika Atik sudah bersuami dan beranak tiga.
Sepanjang perjalanan hidup mereka bukan berarti saling melupakan. Teto selalu ingat akan Atik demikian pula sebaliknya, Atik ingat Tetto. Apa lacur mereka terpisah oleh keadaan. Tetto lebih memihak tentar belanda smentara Atik memilih di bangsa sendiri.Sebuah kecelakaan merenggut nyawa Atik dan suaminya. Itu berarti tiga anak Atik menjadi yatim piatu. Karena cintany pada Atik, Tetto merawat tiga anak Atik. Dan dia memutuskan merawat anak Atik tanpa bantuan seoroang istri.
Ada yang menarik dari buku ini. Yakni perilaku manyar ketika meraih cinta dalam hidupnya. Seekor manyar jantan akan membuat sarang seindah-indah untuk meraih simpati manyar betina. Si manyar betina akan mencari dan memilih jantan mana yang akan ia pilih. Jika si jantan jadi yang tidak terpilih dia akan merusak sarang yang telah dibuatnya. Namun setelah itu dia akan membangun kembali sarang baru.
Bukan itu saja. banyak hal lain yang dapat dipelajari dari novel ini.Termasuk semangat nasionalisme dan kesetiaan terhadap bangsa dan negara. Di samping bisa menghargai prinsip diri sendiri dan orang lain. Dan itulah yang terjadi pada diri Teto ataupun Atik. Tak heran jika novel ini masuk ke 100 karya sastra Indonesia terpenting sepanjang tahun 1908-2008. Bahkan majalah Tempo juga memasukkannya.

1 comment:

ayik said...

ya, ya, aku percaya kok.... seperti judul blog ini. Percayalah.

>> numpang promosi, dunia lama yang seperti mau dihidupkan lagi, hee... noirblanc.blogspot.com <<