Friday, June 6, 2008

Rasanya Jadi Jurnalis (2)

Bulan kedua jadi jurnalis…tepatnya 23 Januari 2008. Hari aku mulai pindah kompatermen. Kebetulan aku ditempatkan di lifestyle dan budaya. Post yang menjadi pilihan pertamaku. Dari situlah jalanan metropolis kurengkuh setiap inchinya. Aku menjalani hari-hari awalku dengan mendatangi mall satu ke mall lainnya. Pusat perbelanjaan besar mana yang belum pernah kujajaki di Surabaya.

Aku menelusuri setiap sudut kota. Di mana da pameran lukisan pasti kudatangi. Aku datang dan ku amati satu persatu lukisan. Coba menafsirkan lewat pengetahuanku sendiri. Bak seorang kurator handal. Aku hanya mengingat ujaran seorang kawan untuk berani menafsirkan. Itu saja. Yah..namanya dunia kerja tak lepas dari intrik dan yah miss communication atau salah paham masih saja datang dan pergi. Ah.namanya hidup tak lepas dari saling intrik.

Menjadi jurnalis banyak hikmah yang aku dapat. Aku mulai mengenai orang dengan berbagai karakter. Mulai dari orang yang benar-benar enggan untuk diekspos sampai orang yang narsis ingin diekspos. Di Bulan kedua aku mulai mengenal sudut kota ini. Tak urung selembar peta yang kubeli dengan harga 3000 rupiah selalu terselip di ranselku. Dan kata nyasar , salah jalan, tak tahu daerah adalah hal biasa yang aku alami. Datang telat ke lokasi liputan lantaran salah jalan alias nyasar jadi alasanku.

Kehidupan kota yang keras. Di sini aku mulai mengenal banyak orang. Bukan hanya nara sumber. Tetapi juga teman satu profesi. Dengan berbagai karakter mereka. Dari situ pula aku mulai mengenal sesuatu yang orang bilang ‘hadiah’. Yah..amplop. aku mulai mengenal meski tak pernah aku menggubrisnya. Aku mulai tau gerak-gerik narasumber yang bermaksud demikian. Ada yang diselipkan di antara goody bag, ada pulang yang langsung dberikan tanpa tedeng aling-aling.

Bagiku itu adalah suatu pilihan. Menerima atau tidak. Dan jika aku memilih untuk tidak itu juga suatu pilihan. Demikian pula jika ada kawan yang memilih untuk menerima. Jyah asal bisa saling menghargai saja.

Banyak hal yang membuatku semakin tahu dunia luar. Meski liputanku tidak berbau politik. Namun apa saja liputanku nyaris berbau ‘bisnis’ ah..lama kelamaan aku jengah dengan liputan macam ini. Pagi hari ketika koran terbit, sedang ada pemberitaan tidak dimuat tak jarang nara sumber menelepon untuk menanyakan kapan berita mereka dimuat. Tak jarang mereka berkata,’’Harus bayar berapa agar berita mereka dimuat?’’ Ya..sesuatu yang sangat mengangguku. JIka sudah demikian aku selalu jawab,’’ itu bukan kuasa saya, itu hak redaktur’’. Capek aku mendapat pertanyaan demikian.

Tak jarang pula mendapata complain lantaran salah penulisan nama. Terakhir aku mendapat complain dari orang nomor wahid di Surabaya. Lantaran aku salah menulskan penyelenggara suatu kegiatan. Caci maki aku dapat dari ibu yang terhormat itu. Uniknya setelah aku meluruskan pemberitaan itu dia berubah manis. Lewat telepon dia berkata,’’Kalau ada apa-apa jangan sungkan bertanya sama saya ya,’’ begitu dia bilang. Dasar manusia aneh-aneh saja.

No comments: