Thursday, May 15, 2008

Si Wajah Tirus (1)

Sudah setengah warsa aku habiskan waktu di ibu kota. Menikmati setiap debu yang beterbangan dan menghirup kepulan asap di sepanjang ruas jalan. Aku memilih jalan hidup yang selama ini aku impikan. Setiap hatri aku harus rela beradu dengan debu dan asap. Menjajaki setiap inchi jalanan ibu kota.
Hari ini terik matahari tak terlampau ku rasakan. Aku berada di pusat perbelanjaan. Aku melenggang seorang diri di mall terbesar di ibukota. MAtaku mencari sosok tambun si rekan kerjaku. Dia tak kunjung muncul, padahal aku sudah menghubunginya sejak pagi. Sembari menunggu aku putuskan untuk duduk di sebuah restoran cepat saji. Aku hanya memesan segelas soft drink. Tiba-tiba saja ada sebuah panggilan masuk di ponselku. Ternyata kawan lama dari sebuah kota di pesisir utara Jawa.
Padaku kawanku berujar kalau sedang menuju ibu kota. Lebih terkejut lagi ketika dia mengatakan seorang Bay ikut serta bersamanya. Ya, Bay, sosok yang pernah hadir dalam hidupku setahu silam. Meski terkejut aku berusaha untuk biasa. Jujur aku tak bisa biasa saja. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hari. Rasa senang dan rasa benci saling beradu. Senang karena aku bisa melihat sosoknya lagi. Sesekali berharap masih ada ruang tersisa untukku di hatinya. Satu sisi aku enggan bertemu dengan dia. Itu sama saja dengan membuka luka lama. Belum lagi aku harus berpaling dari Al, seorang kawan lama yang tanpa sengaja mengisi hari-hariku.
Lama kau termenung memikirkan hal itu. Tiba-tiba saja seseorang meneukku dari belakang. ’’Ayo kerja, jangan ngelamun aja,’’ ujar sosok tambun itu. Aku menengok, rupanya rekan kerjaku. Tanpa menanggapi ucapannya aku bergegas mengikuti langkahnya. Hari itu pun aku lewati dengan tidak tenang. Aku tidak konsentrasi merampungkn pekerjaan, terlebih kawanku dan Bay tentu saja akan bertandang ke kantorku malam nanti, selepas aku menyelesaikan tugasku.
Tiba-tiba ponselku berdering lagi. Ternyata Bay. Aku rindu suaranya. Sebuah suara yang prnah menyamankan perasaan ini. Dia bilang kalau akan mengunjungiku malam nanti. Dia memeprtegas ucapan kawannya tadi. Satu kalimt yang membuatku terkejut. Dia bertanya apa aku masih seperti yang dulu. Singkat aku jawab bahwa aku tak pernah berubah. Dia tertawa lantas mengakhiri pembicaraan kami.
Usai menyelesaikan pekerjaan aku bergegas turun. Lima menit, sepuluh menit, Bay atau kawanku tak kuncing muncul. Aku coba menghubungi keduanya tpi hasilnya nihil. Sama-sama tak diangkat. Tiga puluh menit lebih sedikit aku menunggu. Bay tak kunjung muncul. AKu memutuskan untuk pulang saja. Barangkali aku memang tak ditakdirkan bertemu lagi dengan Bay.
Aneh, mata ini terpejam begitu cepat. Sebuah pesan masuk di ponselku menjelang tengah malam. Rupanya Bay yang menghubungiku.

Hai, capek ya pulang kerja? Sory td ktduran.Besok pagi ya qt ktm. Aku kangen!
Sender:
Bayu
085647182459
Sent:
19:20
04 May 08

Karena mengantuk aku cuma menjawab singkat, OK! Keesokannya aku terkejut. Tiba-tiba saja Bay sudah berdiri di depan pintu pondokanku. Bay belum banyak berubah. Wajahnya masih tirus seperti dulu Badannya masih saja kurus. Pagi itu dia mengenakn kaos hitam dipadu dengan celana jeans yang sudah pudar warnyanya. Senyumnya tak banyak berubah. Dia menyapaku riang, tangannya terulur ke arahku. Tanpa piker panjang ku sambut uluran tangannya. ’’Kamu tambah cantik,’’ ujarnya. Aku tersipu tapi sudah mafhum akan ucapannya. ’’Pagi-pagi ngoombal,’’ kataku sambil menyuruhnya duduk.
Bay duduk tepat di sampingku. Kami terdiam beberapa saat. Pandangan kami sama-sama tertuju ke arah jalanan yang maik ramai. Orang berjejal berangkat ke tempat aktivitasnya. Lama kami sama-sama membisu. Akhirnya Bay buka suara. ’’Kamu sudah makan?’’ tanyanya klise. Aku mengangguk, meski sebetulnya aku belum makan. Dia terenyu kemudia berkata lagi, ’’Jaga kesehatan, nanti kamu sakit,’’ katanya singkat. Aku hanya bisa tersenyum dan mengiyakan ucapannya. Tak lama dia mohon pamit padaku. ’’Aku pulang dulu, ya,’’ ujarnya. LAgi-lagi aku tak kuasa menolak ucapannya. Aku hanya diam dan membiarkan dia pergi.

No comments: