Thursday, August 28, 2014

“Ruang Pengadilan” itu bernama Media Sosial




www.jogja.tribunnews.com
Media sosial mendadak ramai kemarin Kamis, 28 Agustus 2014.  Postingan seorang perempuan yang disebut Mba Flo membuat heboh jagat maya. Saya tahu kasus Mba Flo dari kicauan seorang kawan, kebetulan lagi selo saya kepo deh nanya-nanya ada apa sih dengan Mba Flo. Waladalaah.. ternyata ini tho yang bikin ramai. Ada seorang perempuan mencaci orang Jogja dan reaksinya luar biasa. Saya dan tiga orang kawan pun berbalas pantun di linimasa. Kawan saya bilang Mba Flo kurang piknik, traktir saja Mba Flo di angkringan biar dia tahu kalau orang Jogja itu baik hati.  

Kepo saya berlanjut. Saya buka path, waduuhh ternyata sudah ramai.   Kronologi ceritanya bisa diklik di sini http://jogja.tribunnews.com/2014/08/28/ini-kronologi-florence-memposting-hinaan-ke-warga-yogya/
Saya kebetulan hari itu juga antre di SPBU itu (tetapi tidak barengan dengan Mba Flo. Kalau barengan seru kali ya hehehe. ).  Saya mengantre selama 45 menit.  Tidak peduli sih mau dapat pertamax atau premium yang penting kuda besi saya kenyang.

Kekesalan Mba Flo, karena tidak diladeni oleh petugas SPBU itu membuatnya berang. Dia melampiaskan di media sosial yang sahamnya juga dimiliki oleh Bakrie (penting ya ini...). Postingan Mba Flo memang kasar dan meletup-letup. Saya sendiri tercengang ketika Mba Flo menuliskannya di medsos.  Daaan yang lebih bikin saya tercengang reaksi luar biasa dari para pengguna medsos yang langsung membully dan membalas postingan Mba Flo dengan sadis (ini kata saya lhoo yaaa).

Media sosial mendadak berubah menjadi “ruang pengadilan”. Ada yang berbaju jaksa, hakim, pengacara, dan Mba Flo seolah duduk di kursi pesakitan sebagai terdakwa. Inilah pengadilan Medsos. Mba Flo mulai ‘diadili’. Ada yang membalas balik twit mba Flo, menyebarkan capture path Mba Flo, meretweet kicauan soal Mba Flo, termasuk recent updates BBM.  Bahkan almamater Mba Flo, UGM turun tangan  memanggilnya untuk dihadapkan dengan komisi etik FH UGM. Ini linknya  http://jogja.tribunnews.com/2014/08/28/komite-etik-fh-ugm-akan-panggil-florence/.  Mba Flo pun dilaporkan ke Polda DIY dengan tudingan pencemaran nama baik, Undang-undang ITE pun siap menjerat mahasiswa UGM tersebut.

Mba Flo bisa jadi kaget dan tidak menyangka kalau curhatannya berbuntut panjang.  Akhirnya dia pun meminta maaf ini petikan permintaan maafnya, saya lansir dari Tribun Jogja :
"Saya beserta keluarga dan teman-teman yang bersangkutan meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada segenap warga Yogyakarta atas kata-kata di Path Saya. Saya merasa sangat menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan Saya," tulisnya dalamn surat elektronik tersebut.
Selanjutnya, pemilik nama lengkap Florence Sihombing ini juga mengungkapkan permintaan maaf pada pihak civitas akademika UGM.
"Saya juga meminta maaf kepada Pihak UGM, khususnya Fakultas Hukum, dosen-dosen dan segenap akademisi FH UGM, meski Saya tidak pernah membawa-bawa nama UGM. Saya tidak tahu siapa-siapa saja oknum tidak bertanggung jawab yang telah mendramatisir dan menyebarluaskan status Path Saya, identitas dan kontak Saya dan teman-teman Saya," ujarnya lagi.

Ada pelajaran berharga dari kasus Mba Flo ini. Pertama soal etika. Mba Flo jelas salah, karena dia menyerobot antrean, meski dia berdalih ingin mengisi bahan bakar beroktan tinggi. Mba Flo tidak bertanya lebih dulu kepada petugas, apakah dia bisa mengisi di antrean mobil. Hikmahnya ini adalah ujian kesabaran. Saya bilang kita di Jawa masih beruntung, karena selama ini pasokan bensin bisa dibilang aman.  Teman saya, kebetulan tinggal di perbatasan, pernah memposting kalau di tempat tinggalnya untuk mendapatkan bensin  susah, harus mengantre panjang dan berjam-jam. Belum lagi tidak setiap hari pom bensin buka. Weleh..weleeh.. seharusnya kita malu jika mengeluh antre di SPBU.

Mulutmu adalah harimaumu. Hati-hati berbicara apalagi di media sosial. Menurut saya sekarang ini media sosial beralih fungsi, bukan lagi sebagai ajang bersosialisasi tetapi berubah sebagai ruang pengadilan. Media sosial juga bisa merekatkan bahkan merenggangkan hubungan antarteman atau mereka yang baru saling mengenal.  Saya pribadi memang meng-hide beberapa orang yang saya risih dengan postingannya bahkan ada yang saya hapus dari pertemanan. Bukan apa-apa.. dari pada saya emosi jiwa. hehehehe

Menjaga privacy. Bisa jadi kasus Mba Flo ini tidak tersebar jika tidak kawanya tidak iseng mengcapture curhatan Mba Flo dan menyebarkannya.  Entah apa motif kawannya ini.  Bisa jadi kawannya ini kesal terhadap Mba Flo atau sekadar iseng, saya enggak tahu apa maksudnya. Wajar kiranya kalau Mba Flo tersinggung dengan orang yang menyebarkan curhatannya tersebut.  Pun saya merasa risih, ketika ada capture baik dari obrolan personal di BBM atau WA yang kemudian diunggah di media sosial atau DP BBM. Bagi saya itu sudah tidak menjaga privacy lagi.

Lalu, kok ya ada orang yang memancing di air keruh. Nah apa itu? Akun twitter yang diduga  palsu.. weleeeh... kok sempat yaaa.. akun twitter diduga palsu itu kemudian menyebar dan membuat suasana bertambah panas. Kenapa saya bilang diduga palsu? Lah twitnya Cuma ada empat. Hehehe.
Muncul banyak orang kreatif. Laah.. termasuk sayaa.. mendadak bisa nulis panjang dalam waktu singkat  (meski disambi ngopi dan ngobrol di WA grup sih). Hehehe. Kekreatifan muncul dengan gambar-gambar yang menyebut Mba Flo adalah Ratu SPBU, dll.. wkwkwk.. kreatifkaan.. jadi ada hikmahnya karena makin banyak orang kreatif. Hheheh *pisss*   

Ya sudahlaah.. ini reaksi masyarakat Yogya Berhati Nyaman yang terusik jika dihina. Apapun itu, bijaklah bermain media sosial. Berhati-hatilah pada kicauanmu. Lalu.. Always Love Jogja and U (pinjem tagline) hehehehe.






No comments: